Hari ini Meyda, adikku perempuan satu-satunya berulang tahun, usianya dibawah 2 tahun dari aku.
Berada kejepit antara aku yang tertua dan adikku laki-laki, dia kadang menjadi kagok. Perhatian orang tua kita tertuju padaku dan adikku laki-laki yang memang lebih membutuhkan perhatian "khusus", rada bandel soalnya!
Meyda tumbuh menjadi orang yang pasif, pendiam, dan cenderung pemalu, juga sabar dan pengalah tapi paling susah mengambil keputusan, banyak miripnya dengan almarhumah mama.
Sifat kami berdua bagai siang dan malam, aku cenderung aktif, agak agresif dan sangat initiatif tapi relatif sih, tergantung mood juga. Aku juga lebih gaul, suka adventure, berani mencoba hal-hal baru dan kadang nyerempet bahaya.
Sewaktu kecil, seringkali kita berantem sampai papaku menghukum kami berdua dengan mengurung dalam WC pembantu!!. Masalah berantem kadang sepele, dari barang-barang mainan, peralatan sekolah atau baju. Aku orangnya cenderung selfish dan mau menang sendiri. Barang milikku tidak boleh dipakai atau dipinjam, tapi kadang aku seenaknya menggunakan barang2 adik2ku. Curang banget yah?!
Satu hal yang kami yakini bersama adalah ajaran orangtua yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap hal.
Saat Meyda lulus kuliah, dia hijrah ke Jakarta dan merintis karirnya. Setahun berikutnya, papaku pensiun dan kena stroke, akhirnya dia balik lagi ke Manado. Bersama mama dia membantu merawat papa. Ada saat-saat dia bosan karena sulitnya mencari pekerjaan dan harus stand-by karena papa beberapa kali harus di opname lama dirumah sakit. Sementara adikku laki-laki kuliah di Bandung dan aku kerja di Jakarta.
Setelah papaku berpulang, yang tak lama diikuti oleh adikku, Meyda masih berkelut dengan Mama yang kesehatannya menurun. Satu bulan aku unpaid-leave dan tinggal di Manado ikut merawat mamaku. Aku menyaksikkan sendiri, saat itu Meyda berada di puncak karirnya dan perhatiannya terbagi pada mama. Biarpun kami memiliki seseorang yang khusus menjaga mama dan perhatian dari orang tua, kakak-adiknya, tapi keadaan mama membutuhkan penangana khusus 24 jam. Dan akupun angkat jempol, karena Meyda begitu telaten dan handal menghadapi Mama.
Saat Mama berpulang ke rumah Tuhan, dia yang begitu tegar tapi akhirnya menangis sambil meratap. Aku sempat memarahi dan mengingatkan saat kita dan mama kehilangan papa dan adikku. Tak ada ratapan!!. Seorang tanteku bilang bahwa begitulah cara dia mengekspresikan emosinya. Cuman, aku tetap berprinsip bahwa itu bukanlah cara orang beriman menunjukkan emosinya.
Apart from a set of parents, we've shared some of the most precious moments in our lives. With each passing year on your Birthday, these vivid memories just keep getting stronger in my mind. I make a wish to God today that these memories never fade out. On your special day today, let's recount the memories that we've shared in our childhood, hoping that our bond never weakens. You're my blood sister and nothing in the world can change that! Wishing you a very happy Birthday sister! I Love you!
Berada kejepit antara aku yang tertua dan adikku laki-laki, dia kadang menjadi kagok. Perhatian orang tua kita tertuju padaku dan adikku laki-laki yang memang lebih membutuhkan perhatian "khusus", rada bandel soalnya!
Meyda tumbuh menjadi orang yang pasif, pendiam, dan cenderung pemalu, juga sabar dan pengalah tapi paling susah mengambil keputusan, banyak miripnya dengan almarhumah mama.
Sifat kami berdua bagai siang dan malam, aku cenderung aktif, agak agresif dan sangat initiatif tapi relatif sih, tergantung mood juga. Aku juga lebih gaul, suka adventure, berani mencoba hal-hal baru dan kadang nyerempet bahaya.
Sewaktu kecil, seringkali kita berantem sampai papaku menghukum kami berdua dengan mengurung dalam WC pembantu!!. Masalah berantem kadang sepele, dari barang-barang mainan, peralatan sekolah atau baju. Aku orangnya cenderung selfish dan mau menang sendiri. Barang milikku tidak boleh dipakai atau dipinjam, tapi kadang aku seenaknya menggunakan barang2 adik2ku. Curang banget yah?!
Satu hal yang kami yakini bersama adalah ajaran orangtua yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap hal.
Saat Meyda lulus kuliah, dia hijrah ke Jakarta dan merintis karirnya. Setahun berikutnya, papaku pensiun dan kena stroke, akhirnya dia balik lagi ke Manado. Bersama mama dia membantu merawat papa. Ada saat-saat dia bosan karena sulitnya mencari pekerjaan dan harus stand-by karena papa beberapa kali harus di opname lama dirumah sakit. Sementara adikku laki-laki kuliah di Bandung dan aku kerja di Jakarta.
Setelah papaku berpulang, yang tak lama diikuti oleh adikku, Meyda masih berkelut dengan Mama yang kesehatannya menurun. Satu bulan aku unpaid-leave dan tinggal di Manado ikut merawat mamaku. Aku menyaksikkan sendiri, saat itu Meyda berada di puncak karirnya dan perhatiannya terbagi pada mama. Biarpun kami memiliki seseorang yang khusus menjaga mama dan perhatian dari orang tua, kakak-adiknya, tapi keadaan mama membutuhkan penangana khusus 24 jam. Dan akupun angkat jempol, karena Meyda begitu telaten dan handal menghadapi Mama.
Saat Mama berpulang ke rumah Tuhan, dia yang begitu tegar tapi akhirnya menangis sambil meratap. Aku sempat memarahi dan mengingatkan saat kita dan mama kehilangan papa dan adikku. Tak ada ratapan!!. Seorang tanteku bilang bahwa begitulah cara dia mengekspresikan emosinya. Cuman, aku tetap berprinsip bahwa itu bukanlah cara orang beriman menunjukkan emosinya.
Apart from a set of parents, we've shared some of the most precious moments in our lives. With each passing year on your Birthday, these vivid memories just keep getting stronger in my mind. I make a wish to God today that these memories never fade out. On your special day today, let's recount the memories that we've shared in our childhood, hoping that our bond never weakens. You're my blood sister and nothing in the world can change that! Wishing you a very happy Birthday sister! I Love you!