Checking Facebook
first thing in the morning, hampir setiap jam diantara waktu kerja, dan
sekali lagi cek sehabis gosok gigi sebelum tidur mungkin bukan cara yang
terbaik to use of my time. Menghabiskan banyak menit bahkan jam di depan Facebook
buat aku, bukan karena malas, atau gak
ada kerjaan, but because of the twin
combination of wanting to know things first, and wanting to be seen to know
things first. Bisa aja dari funny
video-nya “Ellen the Degeneres Show,” – my fave day-time show yang nggak bisa ditonton karena aku kerja, dan gak bisa di cari di Xfinity, atau
laporan terbaru mengenai presidential
candidates, ataupun berita dari penjuru dunia, terutama dari dan perihal Indonesia
– Aku bukan saja punya keinginan untuk tahu saja, tapi maunya jadi orang
pertama yang tahu, I also have the desire
to be the one to share them first, kadang-kadang tanpa di cek dulu, enggak
tau nya berita itu HOAX alias bohong
belaka!
I know, this is not
bad habit or addiction that harm my body.
Jangan salah, I admitted
Facebook has its place in my lives as a useful tool! Salah satu cara yang
mudah untuk mendekatkan my family back
home town and friend’s yang tersebar seantero dunia, menemukan kembali
sahabat yang menghilang lama sejak dari SD dan yang terpenting adalah
mengirimkan nice wishes and prayers on
their birthdays, graduations or anniversaries, bias juga promote valuable
causes and spread encouraging words and fun. Tapi, aku jadi inget Mamaku
pernah berkata saat aku tergila-gila nonton DVD back to
back serial movies – Friends, SITC,
Mandarin soap opera “It makes a good servant and a bad master”, artinya kira-kira,
kita tuh harus jadi boss dan kita yang pegang kontrol.
Tahun ini, untuk pertama kalinya aku benar-benar ingin
menjalankan dan menghayati Lent –
masa pra paskah itu. Bagi umat katolik – latar belakang dari suamiku, mereka
telah menjalani hampir tiap tahun dimasa hidupnya. Aku baru tahu - Lent as a season of conversion! Kita bisa
berubah dan lebih fokus dan mengarahkan hati dan pikiran kita terhadap Tuhan. Giving
up something for Lent is ultimately a form of fasting. We can deprive ourselves
of some small pleasure or indulgence and offer that sacrifice up to God.
Sesuatu yang sangat kita nikmati tapi kita dapat korbankan buat sementara
waktu, aku rasa itu bisa jadi makna pengorbanan.
Menghentikan sebuah “keinginan atau hasrat”, meskipun
sementara, dapat membuat kita mengerti dan menghargai arti sebuah
“pengorbanan”. Pengorbanan yang dilakukan Yesus Kristus sampai menyerahkan
nyawaNya untuk menghapus dosa-dosa kita. Semogapun akan berbuahkan hal yang
positif dalam menjalani kehidupan ini, meskipun itu sangat kecil.
Paling enggak, selama kurang lebih sebulan ini berkurangnya waktu buat jari-jari ini menari -scrolling on my phone, less time being
distracted; then less time spent wondering how I was coming across to other
people. But most of all, I am interested in the insights I will have after this
massive overhaul of my daily routine!.
Happy Easter!